TERMODINAMIKA MODUL
3
Yulia Jamal
PENDAHULUAN |
Termodinamika merupakan bagian dari fisika yang mempelajari hubungan antara kalor dengan usaha mekanik atau bentuk lain dari energi yang didasarkan atas dua hukum utama yaitu hukum pertama dan hukum ke dua termodinamika. Termodinamika merupakan ilmu empiris, artinya hukum-hukum yang dikembang-kan didasarkan pada hasil pengamatan dan fakta eksperimental.
Modul ini dikemas dalam dua kegiatan belajar, yang pertama membahas tentang Hukum Pertama Termodinamika, dan yang kedua membahas Hukum Kedua Termodinamika. Setelah mempelajari modul ini anda diharapkan memiliki kemam-puan untuk dapat :
1. Menerapkan prinsip Hukum Pertama Termodinamika dalam menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan perubahan system termodinamika secara benar
2. Menerapkan prinsip Hukum Kedua Termodinamika secara benar.
Kemampuan tersebut sangat penting bagi seorang guru fisika, karena bahasan ini akan memberikan pemahaman terhadap apa dan bagaimana sebetulnya hukum-hukum termodinamika tersebut. Dengan kemampuan tersebut, kita akan makin percaya diri dalam mengajar, sehingga pembelajaran anda semakin mantap, menarik dan menyenangkan
Kegiatan Belajar 1
HUKUM PERTAMA TERMODINAMIKA
Kumpulan benda-benda atau objek telaah dalam termodinamika disebut sistem, sedangkan semua yang terdapat di luar sistem disebut lingkungan, dan secara keseluruhan sistem dan lingkungan membentuk alam semesta. Sistem dan lingkungan dibatasi oleh permukaan tertutup, dapat berupa permukaan nyata atau permukaan khayal. Antara sistem dan lingkungan dapat terjadi interaksi /pertukaran energi, yang mempunyai pengaruh langsung terhadap keadaan sistem. Interaksi sistem dengan lingkungan dapat dalam bentuk perpindahan kalor, perantaraan kerja, pertukaran energi, perpindahan benda/zat sistem, atau dapat pula sekaligus dengan perpindahan kalor dan perantaraan kerja, sehingga sistem dapat dibedakan atas 3 macam, yaitu :
Sifat atau keadaan sistem ditentukan oleh besaran-besaran seperti ; volume, tekanan, temperatur, kapasitas kalor, massa jenis, dan lain sebagainya. Besaran besaran yang mempengaruhi sifat-sifat atau keadaan sistem disebut koordinat termodinamika /koordinat sistem atau variabel keadaan sistem
A. Keseimbangan Termodinamik
Bila suatu sistem dalam keadaan setimbang termal, setimbang mekanik, dan setimbang kimia, dikatakan sistem tersebut berada dalam keadaan setimbang termodinamik. Dalam keadaan setimbang antara variabel-variabel sistem memberikan gambaran mengenai keadaan sistem. Hubungan antara sesama variebel/koordinat sistem disebut persamaan keadaan sistem. Perubahan salah satu atau lebih variabel keadaan sistem disebut proses . Jadi proses dalam termodinamika dapat diartikan sebagai interaksi antara sistem dan lingkungan yang mengubah keadaan sistem dari keadaan keseimbangan awal (i) menjadi keseimbangan akhir (f), yang terdir dari beberapa proses, antara lain
1. Proses Kuasistatik, yaitu proses yang berlangsung sangat lambat, sehingga perubahan koordinat termodinamiknya dari waktu ke waktu kecil sekali. Setiap saat sistem hampir-hampir dalam keadaan setimbang termodinamik, sehingga selama proses kuasistatik dianggap sistem berada dalam keseimbangan. Dalam kenyataan proses kuasistatik sebenarnya tidak ada, dan ini merupakan suatu proses ideal yang dimaksudkan untuk mempermudah pembahasan. Proses yang dijumpai dalam kenyataan adalah proses nonkuasistatik.
2. Proses isometrik (isovolum, isokhorik) adalah proses yang berlangsung pada volume tetap.
3. Proses Isobarik adalah proses yang berlangsung pada tekanan tetap
4. Proses isotermal adalah proses yang berlangsung pada temperatur tetap.
B. Persamaan Keadaan Sistem
1. Hukum Boyle
Pada tahun 1660 Robert Boyle mengumumkan hasil eksperimennya secara kuantitatif mengenai sifat-sifat gas , yang merupakan salah satu dari eksperimen yang mula-mula dilakukan. Dia menemukan bahwa jika suhu suatu gas dikonstankan, sedangkan volumenya diubah-ubah, maka tekanannya juga berubah-ubah sedemikian rupa, sehingga hasil kali antara tekanan dan volume pada dasarnya tetap konstan. Secara matematis hubungan antara tekanan p, dan volume V dapat ditulis :
pV = konstan, (3-1)
yang lebih dikenal sebagai hukum Boyle. Sebenarnya, hasil kali pV, tidaklah selalu konstan, ketika tekanan gas berubah-ubah. Oleh sebab itu, untuk memudahkan, kita khayalkan suatu gas, yang disebut gas sempurna atau gas ideal, yang berdasarkan defenisi benar-benar tunduk hukum Boyle pada semua tekanan. Pada tekanan rendah, gas riel, atau gas sejati mendekati atau hampir sama dengan gas sempurna.
Hubungan antara p dan V dapat digambarkan dalam bentuk garis-garis lengkung, seperti diperlihatkan pada Gambar 1.
p
t3
t2
t1
V
Gambar 1
Pada gambar terlihat grafik hubungan antara p dan V, berbentuk garis lengkung berupa hiperbola simetis atau sama sisi, dengan sumbu p dan V sebagai asimptotnya, sedangkan tiap garis lengkung sesua dengan suhu tertentu, dimana t3 > t2 > t1. Ini berarti untuk suhu yang lebih tinggi, perkalian antara p dan V, juga semakin besar. Karena selama proses suhu system konstan, maka garis-garis lengkung biasa juga disebut garis-garis isotermal.
2. Hukum Gay Lussac
Joseph Louis Gay -Lussac meneliti hubungan antara volume dan suhu pada tahun 1802, diikuti oleh peneliti-peneliti lain, seperti Jacques Ac Charles, yang namanya sering dikaitkan dengan Gay Lussac. Menurut Gay-Lussac :
V = Vo { 1 + β (t2 - t1)} (3-2)
Hubungan ini menunjukkan perubahan volume gas, bila terjadi perubahan suhu, dengan syarat tekanan selama proses haruslah konstan. Jika suhu awal t1 = 0 oC, maka :
V = Vo { 1 + βo t} (3-3)
Dari persamaan di atas, jelas bahwa volume gas, merupakan fungsi linier dari suhu. Kenyataan lain yang diperoleh dari hasil percobaan adalah bahwa ternyata harga βo hampir sama untuk semua gas, yakni :
βo = 0,003660 per Co, (3-4)
yang hampir sama dengan . Hubungan antara volume dan suhu pada tekanan konstan, dapat dilihat pada Gambar 2
V
Vo
t
Gambar 2
- Persamaan Keadaan Gas Ideal
Hukum Boyle dan hukum Gay Lussac dapat digunakan untuk memperoleh persamaan tunggal yang menghubungkan tekanan, volume, dan suhu gas ideal. Hal ini akan lebih mudah dipahami dengan pertolongan bidang pV berikut ini
p
2
3
1 t
to
Vo V V3 V
Gambar 3
Koordinat titik 1, melukiskan tekanan dan volume gas ideal dengan massa tertentu pada tekanan po = 1 atm, dan suhu to = 0 oC. Titik 2 melukiskan keadaan gas tersebut dengan tekanan p, volume V, pada suhu t oC, melalui proses 1-3-2 seperti pada grafik. Untuk proses 1-3, berlaku hukum Gay-Lussac :
V3 = Vo ( 1 + βo t) (3-5)
Untuk proses 3-2, yang merupaka proses isotermis, berlaku hukum Boyle,
pV = po V3 (3-6)
Jika kedua persamaan di atas digabung, diperoleh
pV = po Vo ( 1 + βo t),
atau dapat ditulis
pV = po Vo βo ( t + ), (3-7)
Harga po Vo βo dapat dihitung sebagai berikut :
po = 1 atm = 1,013. 105 N/m2
Vo = volume gas pada suhu to = 0 oC, dan tekanan p = 1 atm
= n x 22,4.10-3 m3/mol.
Jadi harga
po Vo βo = 1,013. 105 N/m2 x n x 22,4.10-3 m3/mol x 0,003660 per Co,
= n x 8,31 J/mol Co
Angka 8,31 J/mol Co, disebut konstanta gas umum, yang biasa disimbulkan dengan R. Dengan mengganti
( t + ) = t + 273 = T
yang merupakan suhu mutlak, maka persamaan (3-7) dapat ditulis
pV = n R T (3-8)
yang biasa disebut persamaan keadaan gas ideal atau gas sempurna. Jika tekanan dinyatakan dengan atm, volume dengan liter, maka harga konstanta R = 0,08207 lit.atm/mol K
Persamaan keadaan gas ideal ini dapat dibandingkan dengan hasil yang diperoleh melalui eksperimen. Misalkan T, V, dan p adalah hasil pengukuran temperatur, volume, dan tekanan dari n kmol gas CO2 pada suatu saat. Bila v = (volume jenis molar), maka selanjutnya dihitung harga nya. Kalau v di ubah-ubah pada T tetap, maka harga p akan berubah pula. Untuk tiap harga v dihitung harga nya. Harga dijadikan sumbu ordinat, dan p sebagai absis. Percobaan ini dilakukan untuk berbagai harga temperatur. Grafik hasil percobaan adalah seperti Gambar 4. Bila CO2 diganti dengan O2 dan gas lainnya, grafiknya akan tetap menuju titik R, sehingga dapat disimpulkan bahwa :
1. Pada semua temperatur grafik memotong sumbu ordinat pada titik yang sama
2. Grafik dari semua macam gas juga memotong sumbu ordinat pada titik yang sama
Gambar 4
.
Harga limit dari semua harga temperatur dan semua jenis gas sesuai dengan konstanta gas umum (R) dan pada tekanan rendah memenuhi :
atau (3.-10)
disebut persamaan keadaan gas ideal, dengan R = konstanta gas umum = 8,31 J/kmol K. Karena , maka dan , maka atau dengan ( konstanta gas khusus)
Perubahan keadaan pada berbagai proses termodinamika, berikut grafik hubungan variable-variabelnya, dapat dinyatakan sebagai berikut
1. Proses Isotermal (T = C) , pv = RT , pv = C (Hukum Boyle ) (3-11)
3. Proses Isovolum (V = C) , , atau (Hukum Gay Lussac) (3-12)
4. Proses Isobarik (p = C), , atau (Hukum Gay Lussac) (3-13)
Gambar 5
C. Interaksi Sistem Dengan Lingkungan
Interaksi sistem dengan lingkungan dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu
kerja atau usaha luar, pertukaran kalor, dan gabungan kerja dan pertukaran kalor.
1. Kerja atau usaha luar
Misalkan di dalam silinder yang tertutup piston yang sangat tipis (dianggap tak bermassa) berisi gas seperti diperlihatkan pada Gambar 6. Piston dapat bergerak maju/mundur tanpa gesekan. Bila gaya yang dilakukan gas (F) lebih besar dari gaya yang diberikan udara luar (F’) maka piston akan bergeser ke arah luar dikatakan sistem (gas) melakukan usaha luar . Bila F < F’ , maka piston akan bergeser ke arah kiri, dikatakan usaha dilakukan terhadap sistem.
|
Gambar 6
Dalam mekanika, usaha yang dilakukan oleh/terhadap sistem memenuhi per-samaan
dengan
dengan perjanjian sebagai berikut :
Bila sistem (gas) berekspansi atau volume sistem bertambah sebesar dV, maka dikatakan gas melakukan usaha luar terhadap lingkungannya. Usaha luar ini dihitung negatif (-), karena energi sistem berkurang. Sebaliknya, bila gas mengalami kompressi, maka usaha dilakukan oleh lingkungan terhadap gas. Usaha luar ini dihitung positif (+), karena energi sistem bertambah. Oleh sebab itu, secara umum kerja yang dilakukan oleh/pada gas dapat ditulis
W = -, (3-14)
Besarnya usaha yang dilakukan oleh /terhadap sistem, sama dengan luas daerah di bawah kurva pada grafik p-V, dan bergantung pada jalannya proses. Perhatikan grafik pada Gambar 7 berikut ini :
| |||
|
Gambar 7
Contoh Soal 1
1 mol gas mengalami proses seperti diperlihatkan pada Gambar 7 di samping. a). Tentukanlah kerja yang dilakukan selama proses dengan menggunakan grafik dan dengan menggunakan formula W = - p dV b). Jika diketahui cv gas tersebut 0,12 lit.atm/mol K, tentukan pula perubahan energi dalam, dan energi kalor yang dilibatkan selama proses. | p (atm) 15 1 6 2 12 30 V (l) |
Solusi :
a). Kerja yang dilakukan gas sama dengan luas daerah di bawah grafik, yakni :
W = - (15 + 6) atm x 9 liter
= - 189 liter.atm
(Tanda negatif, artinya gas yang melakukan usaha ketika mengembang)
b). Dengan menggunakan formula
W = - p dV
Tentukan dulu persamaan garis 1-2, yaitu p sebagai fungsi V,
diperoleh p = - ½ V + 21
W = - (- ½ V + 21) dV
W = (½ V - 21) dV
Selanjutnya diperoleh
W = -189 liter.atm
2. Pertukaran Kalor
Selain dengan perantaraan kerja/usaha, interaksi sistem dengan lingkungan juga dapat terjadi dengan perantaraan pertukaran kalor. Sama halnya dengan kerja/usaha, bila kalor memasuki sistem dihitung positif (+Q), dan bila sistem membebaskan sejumlah kalor dihitung negatif (-Q).
Usaha yang dilakukan oleh /terhadap sistem atau keluar /masuknya kalor terhadap sistem dinamakan energi ekternal yang muncul akibat interaksi sistem dengan lingkungannya. Selain itu ada lagi energi internal (energi dalam = U) yang dimiliki sistem, yaitu semua energi yang dimiliki system, seperti energi kinetik, energi potensial, energi rotasi, energi vibrasi, energi listrik dll. Untuk gas ideal, energi internal atau energi dalamnya hanya terdiri dari energi kinetik partikel-partikel gas yang merupakan fungsi temperatur (T) saja. Perubahan energi internal sistem akibat suatu proses termodinamika, apapun prosesnya dinyatakan oleh persamaan :
, (3-16)
(Ui = energi mula-mula system, dan Uf = energi akhir sistem).
Perlu diingat, bahwa dalam termodinamika, energi internal suatu system pada keadaan tertentu tidak dapat diketahui, yang bisa diketahui hanyalah perubahan energi internal tersebut ketika mengalami suatu proses dari suatu keadaan ke keadaan lainnya, yang dapat dikaitkan dengan pertukaran kalor Q.
D. Hukum Pertama Termodinamika
Gas dalam silinder pada Gambar 5 yang dilengkapi piston, mula-mula suhunya T1 , sedangkan energi dalamnya U1. Sejumlah kalor Q diberikan pada gas, akibatnya suhu naik menjadi T2 dan energi dalamnya berubah dari U1 menjadi U2. Karena pemanasan, tekanan gas bertambah, sehingga piston terdorong ke atas sampai tercapai keadaan setimbang. Pemberian kalor kepada sistem menye-babkan terjadinyan perubahan energi internal (ditandai dengan naiknya temperatur) dan adanya usaha luar yang dilakukan sistem. Keadaan ini dirumuskan sebagai berikut :
(3-17)
Artinya : kalor yang diserap oleh sistem sebagian digunakan untuk menaikkan energi internal positif ) dan sisanya untuk melakukan usaha luar (W negatif ). Dari persamaan (3-17):
Gambar 8 | nilai Q dan W bergantung pada jalannya proses, sedangkan U hanya tergantung pada keadaan awal dan keadaan akhir system. Beberapa ketentuan dalam meng-gunakan hukum I Termodinamika yaitu 1. Semua besaran harus dalam satuan yang sama 2. W positif bila usaha dilakukan pada sistem, dan negatif, bila usaha dilakukan oleh sistem 3. Q positif bila kalor diterima sistem dan negatif bila dilepas sistem. |
Dalam bentuk diffrensial Hukum I Termodinamika dapat ditulis sebagai :
(3-18)
atau
E. Kapasitas Panas Jenis Gas Ideal
Kapasitas panas jenis suatu zat didefenisikan dengan
c = ,
sedangkan untuk gas lebih mudah dinyatakan dengan
c = .
Khusus untuk gas, dikenal dua macam kapasitas panas jenis tergantung dari prosesnya, yakni kapasitas panas jenis gas pada volume konstan (cv), dan kapasitas panas jenis pada tekanan konstan (cp), yang berturut-turut dapat kita defenisikan dengan
cv = , dan cp = . (3-19)
Bagaimanakah hubungan antara cv dan cp ?
Misalkan ada 2 silinder dengan keadaan awal yang sama, menjalani proses yang berbeda, silinder A dengan proses isokhorik, sedangkan silinder B dengan proses isobarik.
\
p
p
U U +dU U U + dU
p p + dp V V + dV
T T + dT T T + dT
A B
Q Q
Gambar 9
Pada keadaan awal, gas mempunyai pVT yang sama, kemudian diberi jumlah panas yang cukup, hingga diperoleh suhu akhir yang sama. Menurut hukum pertama termodinamika, untuk masing-masing proses, berlaku :
dQv = dUv + dWv , dan dQp = dUp + dWp .
Karena kenakan suhu sama, maka perubahan energi internal pada kedua proses juga sama, yakni
dUv = dUp = dU
Untuk proses isokhorik, dWv = 0, sehingga dQv = dU, sedangkan untuk proses isobarik berlaku
dQp = dU + pdV , atau dQp = dU + nRdT. (3-20)
Selanjutnya, dengan menggabungkan persamaan (3-19) dengan persamaan (3-20), diperoleh :
cv = = ,
dan cp = = + ,
atau cp = cv + R (3-21)
Persamaan (3-21) menunjukkan hubungan antara kapasitas panas jenis pada tekanan konstan dengan kapasitas panas jenis pada volume konstan. Terlihat bahwa harga cp > cv, kenapa ?
Contoh soal 2
0,1 kmol udara menjalani proses-proses seperti diperlihatkan pada Gambar 9 di bawah ini. Tentukanlah a). Kerja pada masing-masing proses. b). Perubahan energi dalam pada masing-masing proses. c). Jumlah energi kalor yang dilibatkan pada masing-masing proses. d). Hubungan antara jawaban a), b), dan c). (γudara = 7/4)
p (kPa)
1
800
400
3 2
0.25 0,5 V (m3)
Gambar 9
Solusi
a). Proses 1-2 adalah proses isotermis
W1-2 = p1V1ln
= 800 kPa.0,25 m3 ln
= 800 kPa.0,25 m3 ln
W1-2 = - 138,6 kJ = - 138600 J
Proses 2-3 adalah proses isobarik
W2-3 = - p2(V1- V2)
= - 400 kPa( 0,25-0,50)m3
W2-3 = 100 kJ = 100.000 J
Proses 3-1, adalah proses isokhorik,
W3-1 = 0
b). Tentukan dulu suhu di titik 1 atau 2,
p1V1 = nRT
800.103.0,25 = 0,1.103. 8,31 T
T1 = T2 = 240 K
Dengan cara yang sama, diperoleh suhu di titik 3 = 120 K
Selanjutnya, tentukan harga cv
Dari konstanta Laplace, γ = 7/4, dan cp – cv = R, diperoleh
cv = 11,08 J/mol K dan
cp = 19,39 J/mol K
Perubahan energi dalam pada setiap proses
∆U1-2 = 0, sebab proses isotermis
∆U2-3 = ncv(T3 – T2)
= 0,1.103 .11,08 (120 -240)
∆U2-3 = - 132960 J
∆U3-1 = ncv(T1 – T3)
= 0,1.103 11,08 (240 -120)
∆U3-1 = 132960 J
c). Hukum Termo I
Q1-2 + W1-2 = ∆U1-2
Q1-2 - 138,6 kJ = 0,
Q1-2 = 138,6 kJ = 138600 J
Q2-3 + W2-3 = ∆U2-3
Q2-3 + 100.103 J = - 132960 J
Q2-3 = - 232960 J
Q3-1 + W3-1 = ∆U3-1
Q3-1 + 0 = 132960 J
Q3-1 = 132960 J
Catatan : Q2-3 dapat dihitung dengan ncp (T3 –T2), Q3-1 dapat dihitung dengan ncv (T1 –T3),
d). Wtot = W1-2 + W2-3 + W3-1
Wtot = - 138,6 kJ + 100 kJ + 0
Wtot = - 38,6 kJ
Wtot = - 38600 J
Qtot = Q1-2 + Q2-3 + Q3-1
Qtot = 138600 - 232960 + 132960
Qtot = 38600 J
∆Utot = ∆U1-2 + ∆U2-3 + ∆U3-1
∆Utot = 0 - 132960 J + 132960 J
∆Utot = 0
Jadi dapat disimpulkan bahwa
Qtot + Wtot = ∆Utot
Contoh soal 3
Ketika suatu gas dibawa dari a ke c sepanjang lintasan melengkung pada gambar, kerja yang dilakukan oleh gas adalah 35 J, sedangkan kalor yang ditambahkan ke gas adalah Q = - 63 J. Sepanjang lintasan abc, kerja yang dilakukan adalah W = 48 J. a). Berapa Q untuk lintasan abc? b). Jika Pc = ½ Pb, tentukan berapa besar W untuk lintasan cda ? c). Berapa besar Q untuk lintasan cda ? d) Berapakah Ua – Uc ? Jika Ud - Uc = 5 J, berapa besar Q untuk lintasan da ?
Solusi :
03.. p
b a
c d
V
a). Qac + Wac = ∆Uac
- 63 J + 35 J = ∆Uac
∆Uac = - 28 J
∆Uabc = ∆Uac = - 28 J
Qabc + Wabc = ∆Uabc
Qabc + 48 J = - 28 J
Qabc = - 76 J
b). Wabc = Wab Wbc = 0
Wabc = Wab = - pb (Vb – Va) = 48 J
Wcda = Wcd Wda = 0
Wcda = Wcd = - pc (Vd - Vc)
Wcda = Wcd = - ½ pb (Vb - Va)
Wcda = Wcd = ½ .- 48 J = - 24 J
c). Qcda + Wcda = ΔUcda = - ΔUac = 28 J
Qcda - 24 J = 28 J
Qcda = 52 J
d). Ua – Uc = ∆Uca = - ∆Uac = - 28 J
Ud - Uc = ΔUcd = 5 J,
ΔUcda = ΔUcd + ΔUda
28 J = 5 J + ΔUda
ΔUda = 23 J
Qda + Wda = ΔUda
Qda + 0 = 23 J
F. Proses Adiabatik
Proses adiabatik adalah suatu proses yang terjadi sedemikian rupa sehingga selama proses berlangsung tidak ada kalor yang masuk atau keluar dari sistem. Dalam proses adiabatik usaha luar yang dilakukan biasanya hanya akan menyebabkan perubahan temperatur. Bila yang mengalami proses adalah gas ideal, tidak akan terjadi perubahan kalor pada gas, (dQ = 0). Bagaimana hubungan antara tekanan dan volume pada proses adiabatik ?
Dari hukum pertama termodinamika diperoleh
dQ + dW = dU
Karena dQ = 0, maka dW = dU, atau - pdV = ncvdT, sehingga
dT = . (3-22)
Pada proses adiabatik, terjadi perubahan tekanan dan volume sekaligus. Jika persamaan keadaan gas ideal pV = nRT dapat ditulis dalam entuk diferensial menjadi
pdV + V dp = nRdT. (3-23)
Bila digabungkan dengan persamaan (3-22), dan mengganti R dengan (cp - cv), diperoleh
Vdp + pdV = 0
Selanjutnya dengan mengganti dengan γ, dan kemudian membagi persamaan tersebut dengan pV, diperoleh
+ γ = 0
Dengan menginteral persamaan di atas, didapat hubungan antara p dan V pada proses adiabatik, yakni
pVγ = konstan (3-24)
( γ = = konstanta Laplace ).
Perbandingan grafik hubungan p dan V antara proses adiabatik dan proses isotermal dapat diperoleh dengan menggambarkan persamaan (3-1) dan persamaan (3-24) seperti berikut ini
p
adiabatik
isotermal
V
Gambar 10
Pada sembarang titik, kurva adiabatik terlihat lebih curam daripada kurva isothermal yang melewati titik yang sama. Kalau garis adiabatik kita ikuti dari kanan ke kiri (proses pemampatan), kurva adiabatik ini berturut-turut akan memotong kurva isotherm pada titik-titik yang suhunya makin tinggi, artinya pada proses pemampatan adiabatik, suhu terus menerus bertambah.
Selanjutnya, hubungan antara p dan V, antara p dan T, serta antara V dan T dapat dikembangkan dari persamaan (3-24) dan persamaan keadaan gas ideal. Bila gas ideal mengalami proses adiabatik dari keadaan a ke keadaan b, diperoleh hubungan sebagai berikut
pa Va = pb Vb
Ta Va γ – 1 = Ta Va γ – 1 (3-25)
=
Bagaimanakah menentukan kerja atau usaha selama terjadinya proses adiabatik dari keadaan i ke kekeadaan f ?
Berdasarkan persamaan (3-14), dan (3-24), yakni
W = - dan pVγ = C, atau p =
W = = C
W =
Dengan mengganti C pada suku pertama dengan pfVf, dan C pada suku kedua dengan piVi, diperoleh
W = (3-26)
Contoh soal 4
a b | P(atm) Pb b Pc c 1,0 a 0.64 1,60 V(liter) |
Gambar di atas memperlihatkan sebuah silinder berisi gas dan ditutup oleh sebuah piston yang bebas bergerak. Silinder tersebut dibenamkan dalam campuran air dan es. Secara cepat piston didorong ke bawah dari kedudukan (a) ke kedudukan (b). Piston tersebut ditahan pada kedudukan (b), sampai gas berada lagi pada temperatur semula (keadaan c), dan kemudian dinaikkan kembali secara perlahan-lahan ke kedudukan (a). Proses-proses tersebut digambarkan pada grafik p-V. Jika konstanta Laplace gas 1,5, tentukanlah : a). Suhu dan tekanan di titik b dan titik c. b). Kerja total yang dikerjakan pada gas selama proses. c). Jumlah kalor yang dilibatkan selama proses. d). Apakah jumlah es di luar silinder bertambah atau berkurang ? Jelaskan jawaban anda berdasarkan jumlah kalor yang diperoleh berdasarkan jawaban c), dan hitung jumlah gram es yang melebur atau air yang membeku. (Kalor lebur/beku es = 80 kal/gram)
Solusi
a). Tentukan dulu jumlah mol gas,
paVa = n R Ta
1,0 atm. 1,6 l = n 0,082.l.atm/mol K.273
n = 0,07
Proses a-b
pa Vaγ = pb Vbγ
1atm.(1,6)1,5 = pb ( 0,64)1,5
pb = 8 atm
Di titik b
pbVb = n R Tb
8 atm..0,64 l = 0,07. 0,082 l.atm/molK.Tb
Tb = 892 K
Di titik c
=
=
pc = 2,45 atm
b). Proses a-b, adalah adiabatik
Wa-b =
=
Wa-b = 7,04 lit. atm
Proses b-c adalah isobaric
Wb-c = 0
Proses c-a adalah isotermis
Wc-a = pc Vc ln
Wc-a = 2,45 lit.atm.0,64 l ln
Wc-a = - 1,44 lit.atm
Wtot = Wa-b + Wb-c + Wc-a
Wtot = 7,04 lit. atm + 0 - 1,44 lit.atm
Wtot = 5,60 lit.atm
c). Qtot + Wtot = ΔUtot
Qtot + 5,60 lit.atm = 0
Qtot = - 5,60 lit.atm
Tanda – (negatif) berarti kalor dikeluarkan dari sistem.
d). Kalor yang keluar dari sistem meleburkan es yang ada di luar bejana.
Kalor lebur es = 80 kal/gram
L = 3,33 lit.atm/gram
Q = m L
5,60 lit.atm = m. 3,33 lit.atm/gram
m = 1,68 gram
G. Kompressibilitas Gas Ideal
Menurut Gay Lussac, apabila gas mengembang, maka hubungan antara volume dan suhu mula-mula (Vo) dan (t1) , volume dan suhu akhir (V) dan (t2) koefisien ekspansi ruang atau koefisien muai volum (β) adalah
V = Vo { 1 + β (t2 - t1)}
Dalam bentuk lain, persamaan ini dapat ditulis
ΔV = β VoΔt atau β =
Dalam bentuk diferensial, persamaan di atas bisa ditulis
β = (3-26)
Dari persamaan di atas, koefisien muai volum (β) dapat ddefinisikan sebagai perubahan (tambahan) relative dari volume persatuan tambahan suhu, artinya persamaan ini mengkaitkan antara volume dan suhu.
Analog dengan persamaan (3-26), hubungan antara perubahan (tambahan) volume persatuan perubahan (tambahan) tekanan, disebut kompressibilitas (k), yakni
k = - (3-27)
(Tanda negatif menunjukkan bahwa jika dV positif atau bertambah, maka dp menjadi negatif atau berkurang, atau sebaliknya, karena volume berbanding terbalik dengan tekanan).
Untuk proses isotermal, berlaku pV = C, atau V = , sehingga
= = -
Bila digabungkan dengan persamaan (3-27), diperoleh kompressibilitas untuk proses isothermal, yakni
kis = . (3-28)
Untuk proses adiabatik berlaku pVγ = C, atau V =, sehingga
= = - .
Selanjutnya dengan mengganti C = pVγ , dan menggunakan persamaan (3-27), diperoleh kompressibilitas untuk proses adiabatik, yakni
kad = . (3-29)
Dari persamaan (3-28) dan (3-29), dapat disimpulkan bahwa kompressibilitas berbanding terbalik dengan tekanan, dan kompressibiltas adiabatik lebih kecil bila dibandingkan dengan kompressibilitas isothermal.
H. Latihan
1. Sebuah silinder berdinding adiabatic yang kedua ujungnya tertutup, dibagi menjadi dua bagian oleh piston adiabatic yang dapat bergerak tanpa gesekan. Pada sebelah menyebelah piston terdapat masing-masing 8 liter gas ideal pada tekanan 3 atm, dan suhu 300 K. Kalor diberikan perlahan-lahan pada gas sebelah kiri, sampai tekanannya 9 atm. Jika diketahui konstanta Laplace = 5/3, tentukanlah : a) Volume akhir ruangan kanan. b). Suhu akhir ruangan kanan. c). Suhu akhir ruangan kiri. d). Tambahan energi internal ruangan kiri. e). Kerja yang dilakukan gas di ruangan kiri. ( anggap perubahan volume terhadap tekanan linier).f). Jumlah kalor yang diserap ruangan kiri. g). Kerja yang dilakukan pada ruangan kanan.
A 8 liter 3 atm 300 K | B 8 liter 3 atm 300 K | | A 9 atm T = ? ΔU = ? W = ? Q = ? | B V = ? T = ? |
2. Sebuah botol yang volumenya 2 liter dan mempunyai kran, berisi zat asam yang bersuhu 300 K dan bertekanan sama dengan udara luar. Sistem ini dipanaskan hingga mencapai suhu 400 K. Selama pemanasan kran terbuka. Kemudian kran ditutup dan suhu dijadikan seperti semula. a). Berapakah tekanan akhir zat asam dalam botol ? b). Berapa gram zat asam yang tinggal dalam botol ?
3. Di dalam telaga yang suhunya 4 oC dan kedalaman 20 m dari permukaan, timbul gelembung udara beradius 1 cm. Gelembung ini naik ke atas yang bersuhu 27 oC. Berapakah radius gelembung udara, jika a). Suhu udara dalam gelembung senantiasa sama dengan suhu kelilingnya. b). Jika tidak ada perpindahan panas di antara gelembung dengan air
I. Rangkuman
Dari uraian sebelumnya, dapat dirangkum sebagai berikut :
1. Hukum-hukum yang digunakan dalam termodinamika diperoleh secara empiris, artinya diperoleh berdasarkan hasil pengukuran melalui eksperimen.
2. Berdasarkan hasil pengukuran, diperoleh hubungan antara tekanan p, volume V, dan suhu gas pada keadaan tertentu, yakni :, di mana n adalah jumlah mol gas, dan Radalah konstanta gas umum.
3. Ketika gas mengembang, gas melakukan kerja, sebaliknya pada gas juga dapat dilakukan kerja oleh lingkungan. Secara umum kerja dinyatakan dengan formula
W = - p dV
4. Jika suhu gas berubah, maka terjadi perubahan energi dalam atau energi internal gas sebesar
= n cv (Tf – Ti)
5. Kerja yang dilakukan pada/oleh gas, tergantung pada proses, sedangkan perubahan energi dalam tidak tergantung proses, tetapi suhu akhir dan suhu awal saja.
6. Hubungan antara energi kalor Q yang keluar/masuk ke suatu system(gas), kerja W yang dilakukan oleh/pada system (gas), dan perubahan energi internal system, dinyatan dengan hokum termodinamika pertama, yakni :
W + Q = ΔU,
dengan ketentuan sebagai berikut :
• Semua besaran harus dalam satuan yang sama
• W positif bila usaha dilakukan pada sistem, dan negatif, bila usaha dilakukan oleh sistem
• Q positif bila kalor diterima sistem dan negatif bila di lepas sistem.
7. Hubungan antara perubahan (tambahan) volume persatuan perubahan (tambahan) tekanan, disebut kompressibilitas (k), yakni
k = - .
Kompressibilitas untuk proses isothermal adalah
kis = ,
sedangkan kompressibilitas untuk proses adiabatik, adalah
kad = .
J. Test Formatif
p p = C 1 2 T=C pVγ = C 3 V | 01. 1 kg udara menjalani proses seperti diperlihatkan pada Gambar 4. Selama proses 1-2, gas melakukan kerja sebesar 120 kJ, dan memerlukan energi kalor sebesar 200 kJ/kg. Selama proses 2-3, gas melakukan kerja sebesar 80 kJ, sedangkan untuk kembali ke keadaan semula harus dilakukan kerja pada gas sebesar 50 kJ/kg. Dengan mengganggap udara sebagai gas ideal, tentukan : a). Kerja total selama proses. b). energi kalor yang terlibat pada masing-masing proses, b). Perubahan energi internal pada masing-masing proses. | |
p b a c d V | 02. Dalam proses membawa gas dari keadaan a ke c sepanjang lintasan melengkung yang ditunjukkan pada gambar, kalor sebesar 80 J meninggalkan sistem dan kerja 55 J dilakukan pada sistem. a). Tentukan perubahan energi dalam Ua - Uc ? b). Ketika gas dibawa sepanjang lintasan cda, kerja yang dilakukan oleh gas adalah W = 38 J. Berapa besar kalor Q yang ditambahkan ke gas pada proses cda ? |
c). Jika Pa = 2,5 Pd, berapa besar kerja yang dilakukan oleh gas pada proses abc ? d). Berapa besar Q untuk lintasan abc ? e). Jika Ua - Ub = 10 J, berapa besar Q untuk proses bc ?
. Kunci tes formatif
01. a. Wtot = - 150 kJ b. Qtot = 150 kJ c. Utot = 0
02. a. ΔUac = - 25 J b. Qcda = 63 J c. Wabc = Wab = 95 J d. Qabc = - 120 J
e. Qbc = - 15 J
L. Daftar Pustaka
1. Giancoli, D.C., (Alih Bahasa Yuhilza Hanum), FISIKA, Penerbit Erlangga, Jakarta
2. Sutrisno dan Tan Ik Gie, 1979, Fisika Dasar seri Listrik Magnet dan Termofisika, Penerbit ITB, Bandung.
bagaimana keterkaitan hukum termodinamika 1 dengan usaha luar...trmksih
BalasHapus